KOPI - Nebula Toraja

KOPI

KOPI

Saya suka kopi dari dulu. Tak pernah merasa perlu punya alasan untuk menyukainya. Seperti cinta yang murni. Padanya saya tak perlu mematut-matut diri agar tampil menawan. Padanya tak perlu ada list argumentasi tentang “mengapa”.

Cinta saya pada kopi, adalah cinta kanak-kanak. Ia hadir, spontan, dirayakan dengan riang. Ia serupa oksigen, tak tampak tapi ada. Ia menafasi. Menghidupkan. Dengan cara yang sederhana dan tak rumit. Cuma perlu kopi, air yang dididihkan dengan sabar, sedikit gula, sebuah “pagi, siang dan malam”, sempurna.

Kopi, seperti kata Dee dalam “Filosofi Kopi”, mungkin adalah refleksi sempurna dari hidup. Ada rasa pahit dan manis yang selalu bertarung lalu menemukan titik equilibrum. Rasa yang pas, manis dan pahit bersenyawa. Tak perlu ada yang disingkirkan. Dee dengan manis menulis dalam buku itu:

“Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan”

Kepahitan hidup, bukanlah sesuatu yang harus dihindari, bukan sesuatu yang harus selalu menghadirkan cemas. Ia bisa jadi bagian yang menguatkan, membuat kita awas, seperti kafein dalam kopi. 

Untuk yang telah meracuniku dengan “filosofi kopi”, terima kasih. "Persahabatan" kita akan serupa kopi yang kini telah tinggal, mungkin telah menjadi salah satu benda yang akan kau temukan berikatan erat dengan hemoglobin dalam darahku. Seperti kita.BY:https://www.facebook.com/note.php?note_id=10150210633409141
Please write your comments