GERIMIS - Nebula Toraja

GERIMIS

GERIMIS

Agustus telah beranjak pergi. Kini yang tinggal, september dalam warna abu-abu sore ini. Berharap mendung diatas sana bisa berubah jadi rintik. Yang turun perlahan-perlahan menyentuhkan tumit-tumit kecilnya pada kuntum kemboja merah muda yang kita tanam beberapa saat silam. Dan pipit-pipit mungil itu akan bercanda didahan-dahannya yang basah. Bermain bersama keriangan bocah menyambut gerimis pertama. Menyambut kau dari tanah jauh. Membawa bianglala, yang akan kita pasang usai rinai menjelang senja ini sore.

Adakah kegembiraan paling syahdu selain perjumpaan. Bersua dengan seorang yang hadir entah dari suatu tempat, suatu waktu yang hampir asing. Sebuah tempat yang mungkin cuma berumah dalam ingatan. Dalam mimpi yang hanya sesekali hadir berkunjung. Moment-moment yang selalu kita harap abadi. Walau tak beda dengan titik-titik air setelah gerimis itu. Berpendar-pendar redup pada daun akar tangkai dan pohon. Menari dalam binar sinar matahari menjelang petang. Sesaat lalu hilang tak berjejak.

Gerimis dan senja. Aku tak pernah tahu bahwa pun mereka bisa jadi sepasang kekasih yang manis. Sore itu mereka saling berpagut didahan kamboja kita. Berlompatan menggugurkan putik-putik flamboyan yang sempurna dalam merah darah. Tak ingin saling melepaskan. Walau tahu keabadian cuma serupa siluet. Gerimis akan berhenti tidak lama lagi. Senja akan segera larut oleh malam. Dan kita juga akan luruh dalam kesenyapan sendiri-sendiri. Saling menatap. Kata-kata hanyut. Cair seakan tak pernah berbentuk. Seolah tak pernah tercipta.

Jika saat itu datang aku cuma ingin mengecup kening mu dan berucap "selamat datang".
Please write your comments