Minjam buku ala anak HMI - Nebula Toraja

Minjam buku ala anak HMI

Minjam buku ala anak HMI

Seorang kawan menulis pengalamannya membaca buku Soe Hok Gie. Dia terpesona. Sekarang sang kawan dosen di pertanian, dulu mantan aktivis HMI juga. Dan ada yang menarik, saat dia menuliskan bahwa dulu ia merasa pernah punya buku itu namun entah kemana karena ada yang meminjam dan tidak ingat untuk mengembalikannya.

Saya lalu teringat zaman saya juga dulu mahasiswa. Saat itu “buku” bagi kita anak HMI adalah juga seperti bahan kebutuhan pokok. Entah euforia sehabis bastra ataukah memang tujuannya murni menambah wawasan, maka menenteng sebuah buku, apalagi buku yang tak biasa, seolah trademark anak HMI. Semakin sulit dipahami semakin terasa bergengsi. Hehehehe.

Namun ada sebuah masalah karena membeli buku adalah sebuah kemewahan tersendiri. Boro-boro beli buku, kiriman dari kampung setiap bulan saja belum tentu cukup untuk menjamin hidup bulan itu. Selain bahwa sebagai mahasiswa kedokteran kita juga punya kebutuhan akan teksbook agar bisa tetap survive. Tentang teksbook saya bersyukur karena tinggal di asrama Medica dan lumayan banyak kenal dengan para senior yang bersedia mewariskannya bukunya bagi generasi seperti kami.

Kembali ke soal buku, saya akhirnya tahu dimana bisa mendapatkan buku-buku yang tak biasa itu, kebetulan saat itu dr. Irawan Yusuf sudah ada disekitaran. Kemudian juga Prof. Syamsu yang mantan aktivis tulen HMI itu menyimpan banyak buku luar biasa di kantornya, lalu ada Prof Husni Tanra, Prof Aca’ Taha. Dan saya tahu mereka punya banyak koleksi buku yang saat itu masih terlalu mahal kita beli sendiri.

Dimulai dari silaturahmi rutin ke mereka. Sering-sering berkunjung. Berdiskusi seputar kehidupan kampus. Atau topik apa saja yang sedang hangat. Menggali pengalaman masa muda mereka. Saat men jadi mahasiswa. Mengenang romantisme selalu menjadi saat yang menyenangkan bagi senior-senior semacam itu. Tentang silaturahmi sangat penting, masak iya nanti punya kebutuhan atau kepentingan saja baru datang.

Dalam menghadapi senior, benar kata kak Irwin, cuma ada dua cara menghadapi mereka, apalagi yang kebetulan petinggi fakultas. Kadang kita harus menggunakan telunjuk kita saat ada yang secara prinsipil salah dan bertentangan dengan kebenaran juga keadilan. Namun kita juga tak boleh menutup mata memberi jempol saat ada sesuatu yang luar biasa yang telah dilakukan dan itu memberi manfaat bagi semua orang. Apalagi kalau mau minjam buku kan. Masak datang demonstrasi dulu, baru ujung-ujungnya minjam buku, pasti diusir. Hehehe. Saya kira nasehat ini berlaku universal dalam berhadapan dengan siapa pun.

Hal lain yang paling penting adalah memahami kharakter personal orang. Contohnya, Berhadapan dengan orang seperti Do’i, kita harus to the point, setiap orang tak boleh kelepasan bicara yang tidak rasional. Biasalah peneliti, mereka selalu membutuhkan alasan-alasan tentang sebuah sikap yang kita ambil. Ada juga senior yang suka berbicara hal-hal yang ringan, tentang romantisme saat mereka mahasiswaseperti yang saya sebut diatas. Pada yang seperti ini biasanya kita akan jadi pendengar yang baik. Mereka sangat menikmati intro yang sangat panjang. Hehehehe. Ada juga senior yang belum apa-apa sudah marah, ternyata kita terlalu lama tidak datang berkunjung dan berdiskusi dengan dia. Hehehehe. Yang begini-begini susah diketahui kalau tak sering berinteraksi dengan mereka.

Nah setelah cerita panjang lebar biasanya saya ngintip-ngintip judul buku di dalam rak. Pura-pura bertanya tentang isinya. Dan sang senior biasanya dengan senang hati pun akan menjelaskannya walaupun mungkin cuma sedikit yang bisa dimengerti. Mungkin mereka bisa menangkap kerutan dahi para mahasiswa di hadapannya yang kayak-kayak tidak mengerti penjelasannya makanya tanpa diminta pun mereka sering berkata, “Sudah bawa buku itu, baca dan diskusikan dengan teman-temanmu dulu, nanti kita bikinkan lagi forum diskusi di rumah”. Padahal kita belum bilang mau pinjam loh. 

Dan nasib buku itu berikutnya kadang-kadang berakhir dimana saya tidak paham. Bergulir dari satu tangan ke tangan lainnya. Saya pun kadang lupa memintanya lagi dan mungkin sang empunya buku pun sudah lupa buku itu di pinjam siapa dulunya. Betul-betul memanfaatkan sifat dasar manusia yang mudah lupa. Hehehe. Namun setelah saya dokter, saya berusaha mengumpulkan satu-satu buku yang pernah kita koleksi dari senior itu, mengembalikannya, namun hebatnya banyak dari mereka yang justeru menyuruh menyimpannya di sekretariat komisariat saja.

Itu dulu tapi. Sekarang saya pikir mahasiswa kedokteran hari ini lebih mudah mengakses buku.Tak ada yang meminjam-minjam lagi. Koleksi buku taman baca sinovia-yang kebetulan banyak anak HMI-nya- dari tahun ke tahun pun semakin banyak. Jadi tidak alasan kata kawan saya diatas itu bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa kedokteran bersuara, dan itu katanya cuma kawin siri’ antara retorika dengan ketakmampuan mengungkapkan alasan yang disertai bukti empiris dan rasional. Ya iyalah tidak pernah baca buku sehingga tak pernah terpapar dengan cara berpikir lain kecuali yang cuma secuil dalam batok kepalanya. Tapi saya percaya adek-adek HMI tidak seperti itu.

Tapi biarpun tak ada lagi acara pinjam-meminjam buku, namun saya kira silaturahmi, diskusi-diskusi informal tetap harus dilakukan agar tetap ada benang merah yang tidak terputus. Saya sungguh tidak ingin HMI di kedokteran seperti di UI saat saya masih di jakarta, banyak seniornya yang sudah guru besar, jadi orang-orang hebat namun tak lagi punya yunior. Ketika ingin berdiskusi dengan anak-anak kedokteran yang HMI mereka tak lagi menemukannya. Saya ingat beberapa kali buka puasa dan diskusi LKMI-HMI di rumah Prof. Asrul Aswar, Prof. Umar Fahmi dan lainnya. Anak HMI yang datang malah sebagian besar dari Makassar, Medan, Padang, Bandung atau Surabaya yang sedang merantau. Mudah-mudahan di UNHAS tidak seperti itu ya. Hehehehe. Dan tentang pinjam-meminjam buku ini, kok tidak ada yang pernah mau pinjam buku saya ya? Tapi ingat ya, saya sudah tahu kartunya anak HMI. Hehehehe.:
BY:
https://www.facebook.com/note.php?note_id=391090634140
Please write your comments