Beda genit dengan Calleda - Nebula Toraja

Beda genit dengan Calleda

Beda genit dengan Calleda

Beberapa saat lalu saya ngumpul-ngumpul dengan adek-adek aktivis HMI kedokteran. Saya ditemani pak Dul Sanusi, dosen ekonomi dan pak Juned, dosen pertanian. Sore itu kami berbincang-bincang di Mak Lia, ditemani kopi panas juga ubi dan pisang goreng.

Perbincangan pun mengalir begitu saja. Mulai tentang romantika gerakan mahasiswa. Tentang soal-soal bangsa ini yang semakin hari semakin membuat gemes. Ya, kadang-kadang berjumpa dengan para mahasiswa "gila" seperti mereka membuat kita seperti berubah 10 tahun lebih muda. Walaupun saya tetap lebih muda dari pak Dul. 

Pak Dul, pak Jun, juga saya begitu antusias dengan bincang-bincang sore itu dengan mereka. Dingin karena hujan diluar sana jadi tak terasa. Banyak kenangan hadir, juga harapan dan pesan sebagi orang yang merasa sedikit lebih tua. Salah satunya dari pak Dul, jangan sampai kalian seperti kak Boge'. Begitu sibuk dan hebat mengurusi negeri ini, namun tak juga kunjung mendapatkan pendamping.

Penyakit kronis aktivis. Mereka yang biasanya tak takut dengan polisi dan gas air mata. Kuat berjam-jam berorasi di tengah jalan aspal yang panas membakar namun semua itu lenyap ketika seorang putri manis lewat sambil melempar senyum.

Nyali mereka luntur, lutut gemetaran, ketika harus menyapa seorang gadis yang mungkin selalu ia buatkan puisi dalam sampul textbook, mungkin juga di note facebook. Atau sampai harus mengundang seorang kawan sesama aktivis untuk membincangkan tentang "how to conquer" si gadis hingga subuh, namun esok pagi seolah lupa rencana yang telah disusun tadi malam. 

Boleh jadi ini pesan yang paling penting sore itu. Jangan seperti seniormu yang dulu-dulu. Patahkan mitos bahwa para aktivis mahasiswa adalah mereka yang tak laku-laku dan sukar mencari jodoh. Makanya mereka jadi aktivis, sibuk ngurusi urusan yang orang lain tak mau mengurusi. 

Hidup butuh pengakuan kawan. Salah satunya ketampananmu, biarkanlah ada seorang perempuan yang bersedia mengakuinya. Walaupun itu terjadi karena ia secara tak sengaja "menginjak kodok".

Selain membicarakan hal-hal yang lucu diatas. Ada juga pesan lain kanda Dul Sanusi bagi adek-adek yang sangat menarik. Untuk bisa eksis di zaman ini, katanya, setiap orang harus sedikit lebih "genit". Termasuk adek-adek mahasiswa itu.

Genit melakukan hal-hal yang tak biasa. Tidak sekedar mengulang-ulang apa yang sebelumnya dilakukan orang. Sebangsa orang-orang kreatif. Cuma orang genit yang akan diingat dan dikenang sejarah.

Dengan kata lain, janganlah seperti barongsai yang cuma mondar-mandir bikin ribut, namun cuma mondar-mandir saja tak bikin apa-apa. Cuma "calleda' ". Pengen kelihatan ada tapi tak memberi kontribusi apa-apa.

Genit dan "calleda' ", dua istilah yang menarik. Ternyata tak butuh banyak resep untuk sukses. Cukup bedakan antara genit dan "calleda", dan jadilah sedikit genit. Cobalah hal-hal baru dalam hidup. 

Walaupun pesan kak Dul itu untuk adek-adek mahasiswa itu, namun nampaknya pas juga untuk kita, juga untuk kak Boge', mungkin kak Dul, kak Ipul dan kak Dirpan di komunitas dosen muda UNHAS.

Jika seorang putri tak bisa ditaklukkan dengan memberi kado buku puisi maka mungkin harus lebih "genit" dengan mencari cara lain. Jangan terus-terusan mengulang prosedur standar yang terbukti tidak berhasil. Hehehe. Saya kira demikian pula dengan soal-soal hidup yang lain. 

Saya kira sore itu kak Dul telah memberi nasehat yang sangat luar biasa. Mudah-mudahan adek-adek sekalian dengan kakaknya tersentuh untuk segera berubah sedikit lebih "genit". Untuk pak Dul, terima kasih atas petuah-petuahnya.
Please write your comments