ukiran toraja part 2 - Nebula Toraja

ukiran toraja part 2

ukiran toraja part 2

Ragam Jenis Ukiran Toraja, Sulawesi Selatan (Bagian Ke-2)

Ukiran Toraja adalah kesenian ukir Melayu khas suku bangsa Toraja di Sulawesi Selatan. Ukiran ini tercetak di atas sebuah papan kayu, tiang rumah adat, jendela, atau pintu lumbung. Motif ukiran Toraja bermacam-macam, antara lain cerita rakyat, benda di langit, binatang yang disakralkan, peralatan rumah tangga, atau tumbuh-tumbuhan.   

1. Asal-usul

Sebagai salah satu suku bangsa terbesar di Sulawesi Selatan (Sulsel), orang Toraja memiliki kebudayaan berupa seni ukir. Ukiran Toraja terinspirasi dari beragam hal seperti cerita rakyat, benda di langit, binatang yang disakralkan, peralatan rumah tangga, tumbuhan, dan lain-lain, yang oleh orang Toraja memang disakralkan (Mohammad Natsir Sitonda, 2007; JS Sande, 1989). Ukiran Toraja merupakan bentuk seni ukir yang dicetak menggunakan alat ukir khusus di atas sebuah papan kayu, tiang rumah adat, jendela, atau pintu. Terdapat kurang lebih 67 ragam hias ukir Toraja yang hingga kini masih lestari dalam kehidupan orang Toraja. Di antaranya terdapat di dinding-dinding rumah adat Toraja atau peralatan rumah tangga (K. Kadang, 1960; T. Tangdilintin, 1975).

2. Ragam Jenis Ukiran Toraja

Motif dan bentuk ukiran orang Toraja terdiri dari beragam jenis, antara lain:

  • Paqsekong sala. Istilah ini berarti silang atau palang yang berkait pada kedua ujungnya. Ukiran jenis ini biasa ditemukan di dinding rumah adat Toraja yang bermakna sebagai simbol peringatan hati-hati bagi rumpun keluarga dalam menempuh kehdiupan. Motif ini juga bermakna agar orang tidak suka mencampuri urusan orang lain.

  • Paqsempa. Artinya silang dan menjadi lambang larangan. Motif ini biasanya ada di pintu rumah atau lumbung padi. Motif ini bermakna setiap orang yang melakukan pencurian akan diberi sangsi adat.

  • Paqdadu. Motif bercorak dadu ini dimaknai sebagai peringatan agar anak cucu tidak bermain judi.

  • Paqbarraq-barraq. Istilah ini artinya beras banyak. Dalam kepercayaan orang Toraja, beras hanya masuk ke rumah yang penghuninya tidak pernah bertengkar dan tidak sombong. Motif ini dimaknai sebagai harapan agar dalam hidup selalu cukup beras.

  • Paqtedong tumuru. Istilah ini berarti kerbau yang duduk atau tidur dalam air sambil kepalanya muncul di permukaan. Motif ini dimaknai sebagai harapan agar keluarga memiliki banyak kerbau.

  • Paqtangke lumuq. Motif ukiran ini menyerupai tumbuhan laut dalam air yang tumbuh saling berkaitan dan tak terputus. Oleh karena itu, motif ini dimaknai sebagai harapan agar keluarga berada dalam satu mata rantai, damai, dan saling tolong-menolong.

  • Paqdon bolu. Don bolu dalam bahasa Toraja berarti daun bolu (sirih) yang digunakan untuk pelengkap saat melakukan ritual permohonan. Motif ini dimaknai sebagai keinginan agar manusia selalu mendapat perlindungan dan berkat.

  • Paqdon bolu sangbua. Bolu sangbua berarti selembar sirih Sirih dituangkan dalam motif ukir dengan tujuan sebagai bahan ajar untuk anak cucu agar mencintai lingkungan dan adat. Motif ini merupakan simbol untuk menempuh hidup secara berkelompok. 

  • Paqtakku pare. Ukiran yang menyerupai pohon padi yang merunduk (takku pare) ini merupakan simbol pelajaran agar dalam hidup selalu merendah dan tidak sombong.

  • Paqbua tinaq. Ukiran ini menyerupai pohon waru (tinaq) yang sangat bermanfaat, daunnya untuk membungkus dan kulitnya dipintal untuk tali. Ukiran menjadi simbol kesatuan dan kesejahteraan dalam keluarga.

  • Paqbulittong sitebag. Ukiran ini mirip dengan kecebong yang berenang di kubangan air saat kerbau berendam. Ukiran ini merupakan simbol harapan semoga keturunannya berkembang dan anak cucu dalam kesejahteraan.

  • Paqdon lambiri. Ukiran ini mirip dengan lambiri, pohon sejenis pohon enau. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol harapan agar anak cucu memiliki sawah berpetak-petak seperti daun lambiri, dan dauh jauh dari penyakit padi.

  • Paqtoloq paku. Ukiran ini mirip dengan tumbuhan paku yang pucuknya lancip. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol pelajaran agar orang memiliki hati yang lurus. 

  • Paqkatik. Artinya burung sejenis enggang berleher panjang. Ukiran ini biasanya ada di depan dan belakang rumah adat Toraja sebagai hiasan, serta merjadi simbol kebesaran dan kebangsawanan pemilik rumah.

  • Paqlamban lalan. Lamban lalan adalah sejenis tumbuhan yang biasanya tumbuh di pinggir jalan dan terkadang melintang. Ukiran ini merupakan simbol pelajaran agar orang jangan suka mencampuri orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.

  • Paqdaun paria. Ukiran ini menyerupai pohon paria, di mana daun dan buahnya biasa digunakan obat cacar oleh orang Toraja. Ukiran ini merupakan simbol pelajaran agar orang tidak boleh menyakiti orang lain.   

  • Paqbarak denaq I. Ukiran ini menyerupai bulu dada burung pipit. Dalam kepercayaan orang Toraja, selain sebagai hama padi, burung pipit juga dimitoskan sebagai burung yang tak jujur dan dilaknat. Oleh karena itu, ukiran ini dijadikan simbol pelajaran agar dalam hidup tetap jujur.

  • Paqbaraq denaq II. Ukiran ini serupa dengan sebelumnya, hanya bedanya bentuk bulu-bulunya lebih besar. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol agar dalam hidup manusia bekerja keras.

  • Paqkangkung. Ukiran ini menyerupai pucuk daun kangkung yang tumbuh di sekitar rumah. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol pelajaran agar dalam hidup manusia tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tapi juga orang lain, juga sebagai simbol harapan agar anak cucu mendapatkan kelimpahan rejeki.

  • Paqbunga kaliki. Ukiran ini menyerupai bunga pepaya (kaliki). Meskipun pahit, daun pepaya dijadikan obat tradisional oleh orang Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol pelajaran bahwa nasehat yang pahit tidak bermaksud menyakitkan, karena pada akhirnya akan membawa kebaikan.

  • Paqbungkang tasik. Ukiran ini menyerupai bentuk kepiting laut (bungkang tasik). Ukiran ini merupakan simbol harapan agar anak cucu yang ada di gunung tetap mendapat rejeki dari laut.

  • Paqdon lambiri ditepo. Ukiran ini berbentuk persegi panjang yang dibagi empat, seperti bentuk sawah. Ukiran ini simbol peringatan agar anak cucu adil dalam hal pembagian warisan.

  • Paqbunga. Ukiran ini menyerupai bunga yang sedang mekar. Ukiran ini sebagai simbol himbauan agar kepopuleran seseorang di masyarakat disertai dengan budi baik.  

  • Paqbatang lau. Ukiran ini menyerupai batang labu (lau) yang menjalar ke mana-mana namun tetap dalam satu rangkaian. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol harapan agar sanak keluarga tetap terjalin hubungannya meskipun tinggalnya berjauhan.

  • Paqlalan manuk. Ukiran ini berbentuk segi empat yang berpetak-petak dipisahkan garis. Ukiran ini menyerupai jejak kaki ayam (lalan manuk). Ayam adalah binatang yang dianggap penting dalam budaya Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai pelajaran agar orang Toraja bekerja keras dan mandiri dalam hidup.

  • Paqbaranaq I. Ukiran ini memiliki bentuk mirip dengan pucuk daun beringin (baranaq). Pohon beringin dalam budaya Toraja dianggap simbol perlindungan dan rejeki. Ukiran ini juga dimaknai sebagai simbol harapan agar keturunan mudah memperoleh rejeki dan dalam satu keturunan semoga ada pemimpin yang melindungi.

  • Paqbaranaq II. Ukiran ini memiliki bentuk yang mirip dengan sebelumnya. Dengan demikian, ukiran ini juga dimaknai sebagai simbol harapan agar keturunan mudah memperoleh rejeki dan dalam satu keturunan semoga ada pemimpin yang melindungi.

  • Paqlolo tabang. Ukiran ini menyerupai pucuk daun lenjuang (tabang). Tumbuhan lenjuang biasa ditanam di pinggir sumur sebagai simbol sumber mata air. Daun lenjuang digunakan untuk obat. Karena itu, ukiran ini dimaknai sebagai simbol harapan agar anak cucu sehat jasmani dan rohani serta jauh dari penyakit. 

  • Paqkosik. Ukiran ini menyerupai kumbang air (paqkosik) yang hidup di genangan air bekas sawah. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol harapan agar anak keturunan dapat hidup makmur dari hasil sawah. 

  • Paqsissik bale. Ukiran ini memilik bentuk yang mrip sisik ikan (sissik bale). Motif ini terlihat indah dengan kombinasi warna yang khas. Ukiran jenis ini dimaknai sebagai simbol harapan agar anak cucu bekerja keras dan mengumpulkan uang yang banyak seperti susunan sisik ikan.

  • Tedong. Ukiran ini berupa gambar kerbau (tedong) lengkap satu badan. Sebagai binatang yang disakralkan, kerbau dianggap penting untuk diabadikan dalam ukiran.

  • Bai. Ukiran ini berupa bentuk babi secara utuh. Babi juga binatang yang penting dalam pola hidup orang Toraja, karena itu perlu diabadikan dalam ukiran.

  • Paqmanuk londong. Ukiran ini berupa gambar ayam jantan (pagmanuk londong) secara utuh. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol agar orang bijaksana dan pandai menyesuaikan diri dengan segala macam situasi.

  • Darang. Ukiran ini menyerupai bentuk kuda (darang atau narang). Kuda dianggap binatang yang penting dalam pola mata pencaharian orang Toraja, seperti untuk tunggangan atau penarik gerobak. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol harapan agar anak cucu sehat dan diberikan kekuatan laksana kuda.

  • Asu. Ukiran ini berbentuk anjing (asu) yang dianggap sebagai binatang yang jujur sehingga ukiran ini dimaknai sebagai simbol pelajaran agar jujur dan setia.

  • Kotteq. Ukiran ini berbentuk gambar itik (kotteq). Itik dalam kebudayaan Toraja dianggap binatang yang memiliki musim telur dan anaknya terkadang ditelantarkan. Seorang lelaki yang sering kawin disamakan dengan itik. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol pelajaran agar orang dalam hidup dan bekerja memiliki tanggung jawab.

  • Korong. Ukiran ini berupa gambar burung bangau (korong) secara utuh. Burung ini oleh orang Toraja dianggap burung pintar karena pandai menangkap ikan. Orang Toraja menggap jika sungai atau sawah ada burung bangau, maka di sana pasti banyak ikan. Burung ini juga dapat bekerjasama dengan manusia. Ukiran ini dimaknai sebagai simbol pelajaran agar kita berjuang dan bekerjasama.

3. Bahan, Peralatan, dan Cara Pembuatan

Bahan yang digunakan untuk membuat ukiran Toraja adalah kayu, baik itu berupa papan, tiang, jendela, atau pintu. Untuk membuatnya, dibutuhkan peralatan yang sederhana, yaitu palu dari kayu dan tatah dari besi dengan berbagai ukuran. Saat ini, pembuatan ukiran Toraja sudah ada yang menggunakan peralatan modern, seperti gergaji mesin dan penghalus kayu. Namun, ukiran Toraja masih dibuat dengan cara dan motif tradisional.

4. Fungsi Ukiran Toraja

Ukiran Toraja memiliki beragam fungsi, antara lain :

  • Sebagai pelengkap dalam upacara adat.
  • Sebagai penghormatan terhadap leluhur.
  • Sebagai pendidikan untuk melaksanakan ajaran leluhur
  • Sebagai hiasan tradisional.

5. Nilai-nilai

Ukiran Toraja mengandung nilai-nilai bagi kehidupan masyarakat setempat, antara lain:
  • Pelestarian tradisi. Ukiran Toraja merupakan peninggalan leluhur yang berharga dan hingga kini masih cukup terjaga. Keterjagaan ukiran Toraja ini juga didukung oleh pelaksanaan upacara adat.
  • Simbol. Nilai ini tercermin dari penggunaan ragam hias yang oleh masyarakat untuk perlambangan sesuatu.
  • Seni. Ragam ukiran Toraja merupakan benda seni. Tentunya, tanpa mempunyai jiwa seni, orang Toraja tidak mungkin dapat menciptakan ukiran yang indah dilihat dan memiliki nilai sakral.
  • Kelas sosial. Bagi masyarakat Toraja, memiliki ukiran dengan motif tertentu adalah sebuah kebanggaan dan menyatakan status sosial dalam kehidupan.

6. Penutup

Dua tulisan tentang ukiran Toraja ini semakin menguatkan bukti akan kebesaran orang Toraja khususnya, dan bangsa Melayu serumpun secara umum. Semoga jejak peninggalan ini dapat tersimpan, terpelihara, dan dilestarikan hingga akhir zaman.
(Yusuf Efendi/Bdy/73/07-2011) 
Referensi
  • JS Sande, 1989. Toraja in Carving. Ujungpandang.
  • Mohammad Natsir Sitonda, 2007. Toraja Warisan Dunia. Makassar: Pustaka Refleksi.
  • K. Kadang, 1960. Ukiran Rumah Toraja. Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka.
  • LT Tangdilintin, 1975. Tongkonan dengan Seni dan Koleksinya. Tana Toraja.

1 komentar