Pulang Kampung dari "Twitter" ke "Facebook".... - Nebula Toraja

Pulang Kampung dari "Twitter" ke "Facebook"....

Pulang Kampung dari "Twitter" ke "Facebook"....

“Pulang kampung kali ini terasa pendek, cuma sejarak dari Twitter ke Facebook”

Sepotong kicauan singkat dari Aan Mansyur suatu ketika, seorang penyair  dari Makassar yang saya saya follow di akun Twitter, menarik perhatian dan menggelitik.  Pulang kampung dari Twitter ke Facebook. Adakah kini Facebook telah membosankan hingga jadi pilihan kedua bagi beberapa orang? Apa sih yang membuat Twitter bagi beberapa orang berubah menjadi rumah pertama? Jawaban untuk setiap orang akan sangat bervariasi, atau bisa jadi ada yang tidak sepakat dengan pertanyaan itu.

Sebelum saya agak nyaman dengan Twitter, justeru Facebook adalah rumah pertama yang membuat saya tetap terhubung dengan kawan-kawan lain di luar Sumba. Saya bisa tetap tahu apa sih yang terjadi diluar sana, berbagi cerita dengan kawan-kawan yang lain. Tanpa Facebook, mungkin rasanya saya akan merasa  mati kesepian akan hidup 4 tahun  di pulau Sumba ini, apalagi setahun yang lalu tak ada tivi juga koran. Internet pun masih mahal dan lambat hingga kini. Saat itu justeru Twitter menurut saya  yang sangat membosankan. Saya masih suka Facebook ketimbang Twitter. Apa menariknya sih mikroblog yang cuma bisa diiisi dengan 140 kharakter itu?

Namun, seiring dengan waktu Facebook pun mulai membosankan dan kadang-kadang menjengkelkan.  Saat berkunjung ke beranda beberapa kawan, saya tak lagi menjumpai dia disana, yang ada cuma iklan, mulai dari handphone, perlengkapan bayi,  Jilbab dan lainnya.  Tak jarang pun saya tiba-tiba heran di-tag dengan benda yang saya tak butuhkan,  pampers misalnya. Mungkin orang-orang itu lupa bahwa dalam dunia maya, sebelum menjual yang paling pertama dilakukan adalah berinteraksi terlebih dahulu. Seorang teman malah pernah sangat geram, dia laki-laki namun di-tag dengan  produk lingerie.

Padahal kata seorang praktisi toko online di Metro TV kemarin sore,  adalah tidak etis menge-tagseseorang dengan sesuatu produk yang belum tentu dia butuhkan, kenapa misalnya tidak membuatfan page, dimana promosi pada laman itu kan tidak menganggu karena otomatis yang me-like-nya pasti suka dengan prosuk yang dipromosikan. Atau  mulailah dengan membangun interaksi yang lebih akrab  terlebih dahulu sebelum tiba-tiba orang dikirimi promosi sebuah barang.  Menge-tag orang dengan barang yang tidak dibutuhkannya bisa berakhir pada kawan yang melakukan hal itu akan diremove karena dianggap melakukan "spamming" yang mengganggu.

Bagi saya , itu salah satu alasan mengapa sekarang agak jarang membuka akun  Facebook. Alasan berikutnya adalah di Facebook intensitas interaksinya memang tidak sedahsyat Twitter, kecuali lewat fasilitas chatting mungkin. Tapi kelebihan Twitter adalah seluruh kicauan apakah tujuannya berekspresi semata atau berimpressi, akan terlihat di time line, orang bisa nimbrung, ikut dalam per”kicau” an itu dengan me-reply  atau cuma me-retweet-nya. Sebuah ide dari sebuah kicauan akan sangat mudah beranak pinak, mungkin sama dengan kicauan bapak Menkominfo kita beberapa saat lalu yang menghebohkan. Bahkan  saat ini beberapa media TV menggunakan kicauan beberapa tokoh di Twitter sebagai berita .

Kelemahan Twitter memang nampaknya tidak terlalu asyik jika kita tidak menggunakan perangkat komunikasi portabel untuk terhubung dengannya.  Orang yang mengakses Twitter dari laptop boleh jadi akan ketinggalan banyak informasi karena timeline yang tak bertahan lama. Namun boleh jadi itu juga kelebihan  Twitter, dengan menggunakan perangkat telekomunikasi portable yang dilengkapi dengan kamera atau video, mereka tidak hanya mengkicaukan kata-kata, namun juga bisa mengirim gambar, video lalu menyebarkannya bahkan menghubungkannya ke akun Facebook yang dia punya dan seluruh dunia pun bisa melihatnya.

Seperti di Sumba dengan koneksi internet yang naudzubillah lambatnya, punya Blackberry sedikit banyak  sangat membantu. Jika ada tempat-tempat yang menarik saat saya berkunjung, maka saya langsung memotretnya, mengicaukannya, dilengkapi dengan cerita singkat tentang tempat itu. Tujuannya berekspresi saja, namun ada juga yang me-retweet-nya sebagai bagaian dari kampanye wisata tentang Indonesia, khususnya Sumba. Saya saja jadi kaget mengetahuinya.

Di Twitter juga , nampaknya orang pun lebih ekspresif dibandingkan dengan Facebook. Seorang tokoh yang selama ini kalau muncul di Tivi pembicaraannya sangat serius dan membuat kepala berkerut, eh ternyata dia bisa juga  ngetwiit penggalan-penggalan puisi, romantis juga si bapak ini. Walau  ada juga, tidak di Tivi, di Twitter juga tetap garang dan serius walaupun biasanya cair juga karena interaksi dengan yang lainnya baik lewat komentar atau pertanyaan yang diajukan.

Surat kabar Kompas saat Merapi meletus pun dengan sangat mengagumkan membuat ulasan bagaimana  Twitter digunakan sebagai sumber informasi dan juga menggalang bantuan. Kalau tak salah yang diulas saat itu adalah komunitas gitaris yang didalamnya ada Dewa Bujana dan kawan-kawan. Bahkan dari perbincangan di Twitter mereka pun sepakat membuat  konser untuk pengumpulan dana.  Hal yang sama juga kini dilakukan oleh beberapa orang seperti Budiman Sujatmiko, politisi muda PDIP,  dengan mengajak orang-orang terlibat dalam kegiatan ikut membangun desa. Juga yang dilakukan Asma Nadia, penulis muda, dengan mengajak orang-orang untuk ikut menonton film “Rumah tanpa jendela”.

Namun itu bukan berarti saya telah menutup akun Facebook saya loh ya. Tetap ada untuk belajar menulis-nulis note, berinteraksi dengan teman-teman lain, utamanya yang  belum punya akun Twitter dan berdiskusi dalam grup-grup yang diikuti seperti grup alumni.  Facebook tetap ada dan perlu walaupun kini ia telah menjadi rumah kedua.  Pada akhirnya setiap media sosial punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tergantung kita bagaimana bisa secara bijak memanfaatkannya. Salam dari Sumba. @joko98

1 komentar

  1. Best Casinos in Oklahoma | Jackson, OK | KSH1000 Casino
    Check out our list of the Top 10 casino 시흥 출장마사지 near Jackson City 창원 출장마사지 OK in 양주 출장샵 Oklahoma, ranked and reviewed by real 대구광역 출장마사지 users. 양주 출장마사지

    BalasHapus